CILACAP – Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji mengalami kehilangan kerabat dan orang dekat dalam beberapa bulan terakhir. Silih berganti, orang terdekatnya pergi untuk selama-lamanya. Mereka adalah kerabat hingga sejumlah orang terdekat yang kerap tampil bersama dalam berbagai kesempatan.
Mulai dari adik kandung, yakni Helmy Bustomi. Anggota Fraksi Golkar DPRD Kabupaten Cilacap ini menghembuskan nafas terakhir pada Oktober 2020 lalu.
Bagi Tatto, kehilangan adik kandung ini menjadi pukulan hebat karena menganggap almarhum adalah orang hebat.
“Saya ditinggalkan adik, orang yang sangat hebat,” kata Tatto.
Menyusul kemudian adalah salah satu teman yang selama sekian lama menjadi “pendamping” tiap kali dirinya berolah raga pagi. Olah raga tersebut adalah jalan pagi dan sudah menjadi agenda rutin Tatto sejak beberapa tahun terakhir.
Tatto memang tidak menyebut nama pendampingnya itu. Namun ada kemungkinana mereka adalah pejabat teras di Pemerintah Kabupaten Cilacap.
“Teman saya (olah raga) jalan (pagi) meninggal,” kata dia.
Pukulan terberat terakhir adalah meninggalnya cucu tercinta, Athaya Jiva Naraya (12). Cucu pertama dari anak pertama ini menghembuskan nafas terakhir di RS Karyadi Semarang, Senin (4/4/2021). Jiva berpulang setelah 5 bulan berjuang melawan penyakit sejak dia berumur 3 tahun.
Kehilangan cucunya ini memberikan pelajaran berharga dan rasa sedih yang mendalam. Apalagi, Jiva menjadi inspirasi baginya untuk menelorkan program “Bangga Mbangun Desa”. Prorgam yang berpatok pada 4 pilar yakni pendidikan, kesehatan, ekonomi dan seni budaya ini menjadi cerminan dari cita-cita, keinginan dan harapan Jiva.
Mulai dari keinginannya untuk bisa meraih cita-cita tinggi dan tekun belajar. Kemudian pilar kesehatan. Pilar ini berasal dari keinginan kuat Jiva untuk sembuh dari penyakit yang menderanya selama 9 tahun terakhir.
“Juga ekonomi dan seni budaya. Seni budaya ini membuat orang paham akan unggah-ungguh, nilai tradisi dan budaya,” kata Tatto.
Rasa sedih akibat kehilangan Jiva untuk selama-lamanya, masih terus dia rasakan bersama keluarga besar. Keluarga tiap malam menggelar doa bersama sampai dengan tujuh hari, terhitung dari tanggal meninggalnya Jiva. (*)