JAKARTA – Masa Depan Berinovasi hadir ketika Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto, membuka Equator Architecture Forum (EAF) 2025 di Universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak. Menteri Brian mempertemukan akademisi, peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan untuk mendorong inovasi arsitektur berkelanjutan di wilayah khatulistiwa pada Selasa (16/9).
Masa Depan Berinovasi tercermin saat tiga asosiasi penting menyatukan langkah melalui forum. Tiga asosiasi itu adalah Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI), Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), dan Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI).
Lebih dari 400 peserta hadir dan mengikuti acara dengan tema “Sinergi Pendidikan Arsitektur yang Unggul, Terpercaya, dan Merdeka”. Panitia menyiarkan forum ini secara langsung sehingga masyarakat di berbagai daerah Indonesia bisa ikut menyaksikan.
Masa Depan Berinovasi dalam Perspektif Nasional
Masa Depan Berinovasi semakin nyata ketika Menteri Brian menegaskan forum ini selaras dengan arah pembangunan nasional. Ia menekankan bahwa sains, teknologi, dan kreativitas menjadi pilar utama menuju Indonesia maju.
Dalam semangat Masa Depan Berinovasi, Menteri Brian juga menegaskan bahwa arsitektur tidak sebatas bangunan fisik. Ia menilai arsitektur harus menciptakan ruang hidup inklusif, berkelanjutan, dan adaptif terhadap tantangan global. Ia mengajak perguruan tinggi, profesi, dan industri untuk menjadikan kampus sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kreatif berbasis riset dan inovasi.
Masa Depan Berinovasi terlihat ketika generasi muda arsitek Indonesia memanfaatkan forum ini untuk berinovasi dalam menjawab isu lingkungan, budaya lokal, dan kebutuhan pembangunan daerah. Penyelenggara menggelar lokakarya, pameran material lokal, dan lomba desain bangunan ramah lingkungan untuk membuka ruang kreasi dan kontribusi nyata.
Masa Depan Berinovasi ditegaskan Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Gunawan Cahyono. Ia menyerukan agar profesi arsitektur memperkuat ekosistem berbasis nilai lokal dengan pandangan global.
Gunawan menekankan bahwa arsitek masa depan harus memadukan kearifan lokal dengan teknologi modern. Ia juga menegaskan pentingnya kontribusi nyata untuk keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Masa Depan Berinovasi mencapai momentum penting ketika Kalimantan Barat menjadikan EAF 2025 sebagai living laboratory arsitektur tropis. Perguruan tinggi, asosiasi profesi, dan pemerintah bersatu melahirkan gagasan segar serta jejaring kolaboratif yang memperkuat peran Indonesia di peta arsitektur global. (*)