google.com, pub-1231591869164649, DIRECT, f08c47fec0942fa0
News  

Cabai Rawit Besar. Naik Daun Gara-gara Mercon

Cabai rawit besar menjadi naik kelas setelah ada menu super pedas. Harganya sekarang melampaui harga cabai rawit kecil. (haryadi nuryadin/bercahayanews.com)

CILACAP – Cabai rawit besar, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini naik daun. Salah satu gegaranya adalah kemunculan bakso mercon. Atau nama-nama menu seperti sambal setan, petasan, meledak dan sejenisnya. Semuanya menggunakan cabai warna merah berasa super pedas ini. Bukan cabai rawit kecil yang terasa kurang pedas.

Menu serba pedas ini muncul sejak 10 tahun terakhir. Terlihat dari penamaannya seperti petasan, mercon, meledak, setan dan sejenisnya. Dan lebih mengganas usai ayam geprek dari Jogya lahir hingga me-nasional. Ayam geprek ini juga ada varian rasa sambal super pedas.

Lambat laun, pedagang kuliner di berbagai penjuru memilih menggunakan cabai rawit berasa super pedas itu. Seperti pedagang ayam goreng, bebek goreng, nasi goreng dan lainnya. Alasannya karena cabai jenis ini lebih pedas hingga tidak butuh terlalu banyak.

Kebiasaan pedagang kuliner ini lalu merambah ke masyarakat umum. Mereka berangsur meninggalkan cabai rawit kecil saat memasak berbagai menu.

Kepala Pasar Majenang, Taswa mengatakan, harga cabai rawit besar ini memang sekarang naik. Jauh berbeda dengan 10 tahun sebelumnya, saat masyarakat belum terlalu mengenal menu serba super pedas.

“Dulu cabai ini ga ada harganya. Bahkan jauh lebih murah dari pada cabai rawit kecil,” katanya.

Dia mengakui, masyarakat lokal Cilacap sudah lama mengenal cabai jenis. Terutama bagi warga ber-etnis sunda. Bahkan sebagian ada yang menanam di halaman rumah. Namun ukurannya lebih kecil, tidak sebesar yang ada sekarang.

“Tapi sama-sama pedas. Kalau dulu orang sini menamainya cabai “cangak”,” katanya.

Peningkatan penguna dan permintaan cabai super pedas atau cangak ini, berujung pada harga yang terdongkrak naik. Bahkan pada periode Juni dan Juli 2022, harganya sempat tembus Rp 100 ribu per kg.

“Pernah sampai di atas seratus. Sekarang rata-rata bisa 60 per kilo,” tegasnya. (*)