CILACAP – Mempelajari ilmu, apalagi agama harus ada guru. Tujuannya agar siswa bisa memahami ilmu tersebut secara benar. Jika tidak, siswa akan salah mengartikan dan terjerat paham terorisme dan radikalisme.
“Belajar dari internet bisa jadi sumber teroris. Sumber radikalisme,” kata Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji saat berdialog dengan santri dan pengasuh ponpes Miftahul Huda Kecamatan Majenang, Cilacap, Jumat (9/4/2021).
Menurutnya, materi di dunia maya harus didiskusikan lagi. Termasuk ilmu agama karena dipastikan sangat kompleks dan butuh pendalaman materi. Karena mendalami sebuah materi dipastikan butuh pemahaman dasar pemikiran atau dalil-dalil yang mendasarinya. Demikian juga dengan identitas dan pengetahuan penulis yang harus diketahui secara pasti.
“Ilmu di internet itu siapa yang nulis,” katanya.
Namun dia tidak menyalahkan jika santri atau warga belajar melalui media maya. Hanya saja mereka harus didampingi oleh guru atau kyai yang bisa memberikan penjelasan lebih rinci. Guru punya fungsi mengarahkan siswa pada pemahaman materi secara mendalam. Siswa juga bisa berdialog, bertanya dan konsultasi terkait ilmu yang dipelajari.
“Baca apa saja boleh. Tapi harus dikonsultasikan (ke guru),” kata dia.
Karena itu dia meminta agar warga dan tokoh ulama menghidupkan kembali fungsi masjid sebagai tempat ibadah dan belajar. Karena sekarang masjid mulai ditinggalkan sebagai tempat belajar. Warga cenderuung beralih ke internet saat mencari rujukan atas masalah tertentu.
Menurutnya, fungsi masjid juga bisa menjadi tempat memecahkan masalah sosial. Karena warga dan para santri biasa bertemu dengan kyai dan mendiskusikan berbagai isu. Mulai dari masalah bersama hingga perorangan.
“Mau nikah selesai di masjid,” tandasnya. (*)