CILACAP – Pertashop yang tersebar di sejumlah lokasi, kini tengah terancam gulung tikar. Penyebabnya karena penurunan omzet yang sangat drastis karena pengaruh ekternal.
Keberadaan Pertashop yang terancam gulung tikar ini berada di Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen serta Wonosobo. Mereka tergabung dalam Paguyuban Pengusaha Pertashop (P2P) Barlingmascakebo.
Ketua Paguyuban Pengusaha Pertashop Barlingmascakebo, Budi Sadewo mengatakan, sejak kenaikan harga pertamax pada 1 April 2022, penjualan Pertashop menurun drastis. Omzet harian turun sampai 50-60 persen. Bahkan, ada sejumlah pertashop yang dilaporkan hanya beromzet 100 liter per hari.
“Untuk membayar pegawai saja tidak cukup. Harus nombok,” ujarnya melalui siaran pers.
Dia menambahkan, faktor penuruan omzet ini juga terpengaruh peredaran Pertalite yang sangat bebas di masyarakat. Hal ini berbeda dengan Pertamax yang menjadi dagangan Pertashop.
Menurut dia, penjualan Pertalite sangat longgar berdampak kepada mitra resmi penyalur BBM Pertamina, yakni Pertashop. Sebab, Pertashop hanya menjual BBM jenis nonsubsidi, yakni Pertamax dengan harga Rp 12.500 per liter.
Padahal, pertashop adalah program pemerintah yang pendiriaanya justru di desa desa yang jauh dari SPBU. Tujuannya jelas yakni masyarakat bisa menikmati pemerataan BBM berkualitas.
“Bebasnya distribusi Pertalite membuat pertashop dalam posisi terjepit,” kata dia.
Jika tidak ada langkah kongkret pemerintah untuk mengawasi peredaran pertalite, maka Pertashop akan segera gulung tikar dalam 2-3 bulan ke depan.
“Jika tidak ada langkah kongkret, Pertashop tidak hanya terancam. Tapi benar-benar akan gulung tikar dalam hitungan waktu 2 sampai 3 bulan,” tegasnya. (*)