News  

Program MBG Terlalu Represif. Anak Tidak Boleh Komplain

ilustrasi

JAKARTA – Pengamat menilai kalau pemerintah terlalu represif jika ada masalah dalam Program MBG (Makan Bergizi Gratis). Salah satunya adalah melarang adanya komplain dari siswa.

Sejumlah daerah sudah melakukan simulasi untuk menjalankan program MBG. Program yang sempat dinamai Makan Siang Gratis, kemudian muncul sejumlah keluhan dari siswa sekolah. Salah satunya adalah rasa. Beberapa anak sempat mengeluhkan rasa yang kurang sesuai dengan selera mereka.

Pemerintah sebelumnnya sudah memastikan daerah yang siap menggelar simulasi program MBG. Tiap daerah itu serentak memulai MBG pada 6 Januari 2025.

Namun menanggapi komplain atas rasa BMG ini, pemerintah bertindak terlalu represif.

Pengamat Ekonomi, Nailul Huda menjelasakn tindakan represit, saat berbicara di podcast kanal Mahfud MD Official. Menurutnya, program ini pada dasarnya bagus karena memberikan menu makanan bergizi bagi siswa.

“Program MBG ini sangat bagus, tapi implementasinya jelek. Misalnya, anak tidak boleh komplain. Setelah komplain bikin video permintaan maaf. Ini represif banget,” katanya.

Dia menuntut agar penekanan dari program ini ada di kata bergizi. Maka, kandungan nutrizi dan gizi harus sesuai dengan kebutuhan anak sekolah. Termasuk mempertimbangkan rasa yang sesuai anak.

“Masa anak-anak, dia suruh makan yang pahit-pahit, pare gitu kan. Itu kan bergizi, tapi tidak disukai anak-anak. Hingga jadi food waste karena tidak dimakan,” kata dia.

“Ini jadi catatan di riset kita,” tambahnya.

Hendri Satrio yang hadir di podcast itu menyatakan, keluhan anak akan rasa seharusnya tidak jadi masalah besar. Karena ini tergantung dengan selera, dan kemampuan dan kebiasaan anak saat makan di rumah.

“Kita kan ngga tahu, mungkin saja keasinan atau ayam terlalu keras, kan bisa saja. Namanya selera itu kan beda-beda,” kata dia.

“Tapi kalau ada tekanan ya jangan lah. Dan, tapi ini aneh. Aturan ga boleh foto itu aneh,” tegasnya. (*)