CILACAP – 500 nelayan Cilacap masih menganggur pasca kebakaran kapal pada awal Mei 2022. Mereka merupakan Anak Buah Kapal (ABK) yang tidak mungkin melaut karena kapal sudah ludes terbakar untuk melaut.
Kapal milik nelayan yang tengah sandar di Pelabuhan Cilacap, terbakar, Selasa (3/5/2022) sore. Api dengan cepat menyebar ke sejumlah kapal yang sama-sama sandar di sana.
Kementerian Kelautan dan Perikanan merinci, ada 54 kapal nelayan yang terbakar dan tidak mungkin dipakai melaut. Kapal ini rata-rata berbobot sekitar 30 groose ton.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap, Sarjono mengatakan, ada 500-an nelayan Cilacap yang masih menganggur pasca kebakaran kapal.
“Jadi ya begitu. Ada 500 nelayan yang menganggur. Nahkoda kapal juga sama,” kata dia.
Menurutnya, mereka harus tetap bertahan hidup tanpa ada penghasilan pasti minimal selama 6 bulan. Rentang waktu ini dibutuhkan para pemilik untuk membangun kapal mereka masing-masing. Masa menganggur nelayan Cilacap ini bisa lebih lama karena pembangunan kapal bisa memakan waktu hingga 1 tahun.
“Pembangunan kapal butuh waktu antara 6 bulan sampai 1 tahun,” kata dia.
Menteri KKP, Sakti Wahyu Nugroho menjanjikan akan mempermudah perijinan bagi para nelayan yang kehilangan kapal. Untuk sementara, ijin kapal ini akan dibekukan sambil menunggu proses pembangunan kapal.
“Ijin sementara kita bekukan agar tidak terkena pajak. Nanti kita terbitkan lagi. Kita sudah identifikasi kapal mana saja yang terbakar,” katanya saat berada di Cilacap.
Selain itu, Kementerian segera beri pinjaman lunak untuk nelayan Cilacap terdampak kapal terbakar. Bantuan ini sebanyak Rp 162 Miliar agar para pemilik kapal yang bisa membangun kembali kapal mereka yang terbakar pada 3 Mei 2022.
Menteri KKP, Sakti Wahyu Trenggono mengaku ada skema untuk beri pinjaman lunak melalui program Bantuan Kredit Lunak (BLU). Sasarannya adalah pemilik kapal yang terbakar. (*)