CILACAP – Akibat sepi dari penumpang, jumlah armada bus yang beroperasi di Cilacap tiap tahun mengalami penurunan. Penyebab lain karena munculnya jenis angkutan baru yang lebih memanjakan penumpang.
Pengusaha angkutan umum saat pandemi mengalami pukulan berat. Pertama karena pembatasan jumlah penumpang hanya 50 persen saja. Kedua adalah pembatasan pergerakan manusia. Apalagi lintas provinsi yang sangat sulit dilakukan.
Hal ini membuat pemilik bus harus menekan biaya operasional. Salah satunya dengan mengurangi jumlah bus yang berangat. Dan pasca pandemi, kondisi mereka tidak banyak berubah.
Kepala UPT Terminal di Dinas Perhubungan Kabupaten Cilacap, Masikhin Jaffar mengatakan, perusahaan bus saat ini tengah terpuruk. Dia menggambarkan kalau bus di Cilacap seperti sudah mendekati masa akhir.
“Bisa dibilang, hidup segan mati tak mau,” kata dia.
Dia mencontohkan bus milik PT ASLI jurusan Sidareja-Purwokerto. Saat pandemi, tiap hari maksimal hanya 5 bus yang beroperasi. Dan pasca pandemi, ada peningkatan meski hanya 5 atau 7 unit yang mencari penumpang.
“Bus Asli dulu biasanya 12 sampai 15 yang beroperasi. Sekarang paling 5 atau 7,” kata dia.
Kondisi serupa juga terjadi pada bus patas AKAP yang berangkat dari Cilacap. Jumlah penumpang bus hanya ramai saat weekend atau libur panjang. Namun jika hari biasa, maka jumlah penumpang bus sangat sepi. Tidak jarang bus ini hanya membawa 3 atau 5 penumpang saja.
Dia mengatakan, penyebab bus sepi penumpang karena ada persaingan. Yakni munculnya ojol, mobil travel hingga shutle yang memberikan banyak kenyamanan bagi penumpang. Selain itu, banyak bus yang sudah uzur hingga kurang menarik bagi penumpang.
“Memang ada bus yang melakukan peremajaan. Tapi memang kondisinya seperti itu dan tetap sepi,” kata dia.
Hingga beberapa pengusaha bus tidak bisa berbuat banyak. Mereka hanya berusaha bisa tetap bertahan dengan kondisi bus yang kian bertambah tua.
“Hanya bisa bertahan. Jalan hanya bisa beli solar dan untuk kru,” tegasnya. (*)