CILACAP – Cara mengatasi keracunan makanan, ternyata ada yang mudah dan bisa dilakukan siapapun. Cara ini menggunakan bahan alami, menyegarkan. Dan tidak kalah menyenangkan, bahan alami ini sudah menjadi favorit banyak orang. Bahkan banyak yang percaya, bahan alami ini mengandung jutaan khasiat.
Keracunan kerap terjadi akibat mengkonsumsi makanan jenis tertentu. Atau saat mengkonsumsi makanan yang tercemar bakteri tertentu. Dan sebagai bentuk perlawanan dari dalam tubuh, perut akan menolak dan tidak bisa mengolah. Alhasil, akan muncul ciri-ciri tertentu yang memperlihatkan kejadian keracunan makanan.
Gejala yang muncul pertama kali adalah sakit perut. Lalu muncul rasa mual sekaligus bentuk penolakan dari tubuh dengan berusaha mengeluarkan makanan beracun. Karena tubuh tidak mungkin menyerap racun yang pasti akan berbahaya bagi keselamatan. Dan terakhir adalah muntah atau BAB berlebih.
Dari gejala dan ciri ini, keracunan makanan bisa membawa ancaman. Terutama jika sampai terjadi dehidrasi berlebih. Tubuh akan kekurangan cairan dan tentu berbahaya.
Dan untuk mencegah dehidrasi berlebih, ternyata sangat mudah. Cara ini sekaligus menjadi langkah pertama mengatasi keracunan makanan. Karena menggunakan bahan alami yang punya fungsi sebagai antidot. Bahan juga mudah ditemukan di mana saja. Yakni menggunakan air kelapa muda.
Kandungan di air kelapa muda, ternyata bisa menjadi antidot untuk melawan racun, bakteri atau sejenisnya yang masuk ke dalam tubuh. Tentu saja, air kelapa muda terasa sangat menyegarkan saat musim kemarua seperti sekarang ini.
Kabid P2 Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, Kuswantoro mengatakan ada cara mandiri untuk mengatasi keracunan makanan. Terutama jika masih tahap ringan alias belum terlalu memburuk.
“Ada tindakan mandiri yang bisa kita lakukan dengan minum air kelapa. Air kelapa menjadi antidot dan bisa mengurangi gejala keracunan makanan,” kata dia.
Namun jika cara pertama mengatasi keracunan makanan ini belum membuahkan hasil, segera memeriksakan diri ke puskesmas. Atau layanan kesehatan terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
“Bisa segera ke puskesmas untuk tindakan lebih lanjut,” tegasnya. (*)