CILACAP – Jumlah temuan kasus masyarakat terkena TBC di Cilacap mencapai 3.944. Angka ini melampaui prediksi yang seharusnya hanya tembus 3.451 kasus.
Penyakit yang sudah berumur ribuan tahun ini ,berdasarkan Global Report WHO 2023, pada tahun 2022 Indonesia merupakan Negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia setelah India. Estmasi TBC di Indonesia sebesar 969.000 kasus tiap tahun. Dan insidens kasus TBC tertinggi di dunia, sebanyak 354/100.000 penduduk.
Pertemuan tingkat tinggi TBC di dunia pada 2018 dan 2023 menyepakati, akan mengeliminasi TBC pada tahun 2030. Sedangkan Jawa Tengah dan Kabupaten Cilacap, menargetkan Eliminasi TBC pada tahun 2028.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, dr Pramesti Griyana Dewi mengatakan, Cilacap sangat berisiko karena faktor dengan jumlah penduduk yang besar.
“Sampai akhir Oktober 2023 jumlah kasus TBC penduduk Cilacap sebanyak 3.944 kasus,” katanya.
Dia menambahkan, masalah lain juga menghantui penanganan kasus TBC di Cilacap. Yakni tingkat keberhasilan yang baru mencapai 83 persen. Sementara target yang dipatok adalah 90 persen.
“Pada 2022, angka putus berobatnya 11%,” katanya.
Permasalahan ini semakin kompleks dengan bertambahnya kasus TBC resisten obat. Juga faktor psikososial yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan dan pemutusan rantai penularan TBC. Demikian juga dengan faktor rumah tidak sehat, pemenuhan asupan makanan bergizi.
Karena itu, pemerintah Cilacap membentuk Tim Percepatan Penanggulangan Tuberkulosis (TPT). Tim ini terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana yang melibatkan unsur pentahelik, yaitu pemerintah, swasta, dunia usaha, akademisi dan media.
Tim juga akan melaksanakan investigasi kontak atau tracing. Juga ada langkah Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis usai menemukan kontak tracing.
“Kami berharap dengan adanya TPT ini, kita dapat bersama-sama bergerak cepat dan tanggap dalam menangani TBC di Kabupaten Cilacap,” tegasnya. (*)