News  

Kios Guru Ngaji Selamat dari Kebakaran Pasar Kroya

Tangkapan layar video tentang kios yang utuh meski Pasar Kroya terbakar. Kios tersebut milik guru ngaji. (doc)

CILACAP – Kios yang selamat dari kebakaran di Pasar Kroya ternyata milik seorang guru ngaji. Dia kerap membimbing warga di tempat tinggalnya di Desa Kedawung Kecamatan Kroya, Cilacap.

Kios di Blok D lantai 2 Pasar Kroya ini menjadi viral setelah video beredar di media sosial. Pemilik kios yang selamat dari kebakaran itu adalah Marsono (44), seorang guru ngaji di Desa Kedawung Kecamatan Kroya, Cilacap. Dalam keseharaiannya, di sering menjadi guru ngaji.

Pasar Kroya yang berada di jantung kota kecamatan satelit di Kabupaten Cilacap, terbakar hebat, Kamis (23/12/2021) petang. Kebakaran membuat aktifitas jual beli di sana terhenti total. Sekitar 500 kios dan lapak di sana ludes tak tersisa.

Namun sangat ajaib karena ada satu kios selamat dari kebakaran tersebut. Seolah tak tersentuh kobaran api sama sekali.

Kondisi kios utuh tersebar melalui akun instagram @infia_fact yang saat ini telah tersebar ulang oleh berbagai akun di media sosial.

Video tersebut memperlihatkan keadaan sebuah kios di Pasar Kroya yang masih utuh meski di sekitarnya sudah hancur oleh amukan si jago merah. Kios tersebut terletak di lantai dua Pasar Kroya.

Marsono mengaku menjadi guru ngaji karena berbekal ilmu agama yang dia peroleh masih sekolah dulu.

“Iya, intine senang (mengajar agama). Hariannya begitu untuk ngisi waktu dari pada main hp,” ujarnya merendah.

Alumni SMP Muhammadiyah

Marsono mengaku dirinya mendapatkan bekal ilmu agama saat masih duduk SMP Muhammadiyah. Namun dia tidak merinci SMP Muhammadiyah mana.

“Dulu kan saya SMP-ne Muhammadiyah,” kata dia.

Dia menambahkan, kios miliknya sampai selamat dari kebakaran berkat doa restu almarhum ibunya. Selama hidup, ibunya selalu mendoakan dan mewanti Marsono agar selalu bijak, berfikir positif dan menjauhi hal terlarang sesuai ajaran agama Islam.

“Ibu pernah bilang, kalau sudah 2 tahun (jualan di pasar) akan langeng,” kata dia.

Doa restu ibu ini muncul bukan tiba-tiba. Namun berkat perilaku baik Marsono sebagai anak maupun sebagai pedagang. Dia selama 18 tahun mengurus ibunya yang sudah hanya bisa berbaring di atas tempat tidur. Hingga kemudian sang ibu tercinta wafat.

Selain itu, dia juga tiap bulan menyisihkan pendapatan untuk bersedekah. Nilainya 2,5 persen dari hasil pendapatannya berjualan.

“Kadang ke mushola atau masjid. Kadang untuk anak yatim,” katanya.

Dia merasa kalau apa yang terjadi saat Pasar Kroya terbakar tak lepas dari kehendak Alloh SWT dan menjadi sebuah mukjizat luar biasa.

“Semua ini berkat kuasa Tuhan,” tegasnya. (*)