CILACAP – Abrasi Sungai Cileumeuh yang terus membuat kerusakan, kembali terjadi dan mampu hancurkan penguat tanggul yang baru selesai digarap warga 2 desa. Kerja bakti warga selama sepakan dari 6 hingga 13 Maret 2022, tak ada artinya.
Penguat tanggul memanfaatkan pohon kelapa dan bambu sebagai tiang pancang. Namun pada Senin (14/3/2022), penguat tanggul ini terkena abrasi dan hancurkan bangunan semi permanen. Bangunan ini hasil kerja bakti warga Desa Cilopadang Kecamatan Majenang dan Rejodadi (Cimanggu), Cilacap.
Sekretaris Desa Cilopadang, Dodo Hantoro mengatakan, abrasi Sungai Cileumeuh kembali sudah hancurkan penguat tanggul.
“Kondisi terakhir seperti ini (penguat tanggul hancur),” ujar dia.
Dodo menambahkan, dalam waktu dekat akan ada material bantuan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy. Namun dia tidak bisa merinci material apa saja tersebut.
“Tidak paham. Pak Kades yang menemui (petugas BBWS),” tegasnya.
Abrasai Sungai Cileumeujh ini sudah mulai terjadi sekitar 1997. Warga mulai mengeluhkan luas tanah di tepi sungai menyusut drastis. Lambat laun, sungai bergeser ke arah barat.
Kejadian paling parah terjadi saat jalan di Desa Cilopadang Kecamatan Majenang, putus total akibat gerusan sungai. Setelah itu, sejumlah rumah warga terancam ambruk. Termasuk 1 rumah warga Desa Rejodadi yang sudah berada di bibir tanggul. Sementara 4 lainnya terancam gerusan sungai.
“Ini sudah terjadi sejak sebelum krisis moneter (1998) lalu,” ujar Saryono, warga Desa Cilopadang.
Pada era 80-an, jarak antara tanggul dengan jalan desa lebih dari 10 meter. Namun belakangan, jaraknya berkurang drastis. Bahkan jalan desa penghubung Cilopadang dan Rejodadi ini sempat putus total. Pemerintah lalu memindahkan jalan dan menjauhi sungai.
Selain membuat jalan rusak, abrasi sungai ini sudah menghancurkan belasan rumah warga dan 1 unit penggilingan padi. (*)