CILACAP – Embung Pangkalan di Desa Tayem Timur Kecamatan Karangpucung, Cilacap, mulai beroperasi sejak Sabtu (26/9/2021). Embung di Sungai Pangkalan ini mampu mengairi sawah seluas 20 ha lebih. Selain itu juga untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga setempat.
Pengoperasian ini dilakukan oleh Anggota DPR RI, Novita Wijayanti, Kepala BBWS Citanduy, Bambang Hidayah dan Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, David Ishak Ariyadi.
Bambang mengatakan, embung ini merupakan miniatur dari waduk dan bendungan. Embung ini mampu menyalurkan air sebanyak 6,3 liter per detik ke areal persawahan warga.
“Memang belum ada saranan irigasi. Baru ada intake. Makanya ini air baku, air domestik untuk kebutuhan sehari-hari warga Desa Tayem Timur dan sekitarnya,” kata dia.
Menurutnya, 1 liter air perdetik saja mampu mencukupi kebutuhan 80 rumah. Hingga dengan 6,3 liter per detik akan bisa mencukupi 5 ribu jiwa lebih dengan perhitungan tiap rumah ada 5-8 jiwa.
“Sudah bisa untuk kebutuhan air bersih warga Desa Tayem dan desa sekitar,” kata dia.
Anggota DPR RI Novita Wijayanti mengatakan, embung ini merupakan usulan dari warga setempat yang sering mengalami kesulita air. Terutama saat musim kemarau.
Dia menjelaskan, proses pembangunan embung berawal dengan usulan dari warga. Kemudian Kementerian PUPR akan menerjunkan tim untuk memverifikasi usulan, membuat Detail Engginiering Desig (DED) sampai kemudian penelitan lebih lanjut.
“Tahun pertama ya survey, pembuata DED. Baru tahun ke dua realisasi,” kata dia.
Dia menyarangkan agar pemerintah desa bisa melakukan komunikasi lebih lanjut agar air embung bisa mengalir ke sawah. Desa bisa mengajukan usulan secara detail. Mulai dari sarana irigasi primer hingga sekunder.
Desa juga dapat memanfaatkan embung untuk kegiatan ekonomi kreatif. Misalnya untuk wisata dan mengembangkan pusat kuliner di lokasi tersebut.
“Bisa lewat BUMDes hingga ekonomi masyarakat bergerak,” katanya.
Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, David Ishak Ariyadi meyakini embung ini akan meningkatkan produksi pertanian di desa tersebut. Ini dengan menghitung embung mampu mengairi lahan seluas 20 ha dari potensi 50 ha yang ada.
“Tentunya produksi padi akan bertambah. Jika selama ini kemarau sulit air, sekarang sudah tidak ada masalah lagi. Jadi petani bisa tetap tanam meski kemarau panjang,” tegasnya.(*)