CILACAP – Bulan Juni atau sudah masuk musim kemarau, namun wilayah Jawa masih ada hujan dengan intesitas sedang hingga lebat. Kondisi seperti ini kerap dinamai kemarau basah, yakni adanya masih adanya hujan saat musim kemarau.
Biasanya, musim kemarau terjadi antara periode April-Oktober. Hingga Juni sudah masuk dalam fase kemarau dengan tidak adanya hujan. Sebaliknya, periode Oktober-April menjadi musim penghujan dan puncaknya terjadi antara Desember hingga Januari.
Namun pada 2022 ini, hujan masih terjadi meski sudah memasuki pertengahan musim kemarau. Bahkan hujan akan terjadi sepanjang Juni 2022 ini.
Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo menjelaskan, penyebab hujan selama Juni 2022 pengaruh suhu. Sepanjang Juni pihaknya mencatat suhu antara 24 hingga 32 derajat. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya hujan, selama empat hari dengan intensitas ringan.
Dia mencontohkan data sampai dengan 8 Juni 2022. Suhu tercatat antara 24 hingga 32 derajat dan hujan kerap turun.
“Hasil prakiraan curah hujan untuk Juni 2022 di Cilacap dan sekitarnya, antara 51 – 200 mm atau berkategori rendah hingga menengah. Jadi di bulan Juni ini masih ada potensi hujan,” kata dia.
Menurut Teguh, hujan sepanjang Juni terpengaruh dinamika atmosfir mulai tanggal 6 – 7 Juni 2022. Indek Enso di Nino 3.4 tercatat – 0,58. Nilai tersebut, masuk kategori masih signifikan terhadap adanya peningkatan hujan di Indonesia.
Selain itu, ada pengaruh dari gelombang Rossby Ekuatorial yang aktif di Sumater bagian selatan, sulawesi, Jawa dan Kalimantan. Ini mempengaruhi curah hujan di pulau Jawa. Inilah yang menyebabkan hujan merata pada 10 hari pertama pada Juni 2022.
“Masih ada potensi hujan,” tegasnya. (*)