News  

Liquid Centre, Penolong Pasien dan Rumah Sakit

Fasilitas liquid centre menjadi penolong utama rumah sakit untuk merawat pasien saat kebutuhan tabung oksigen meningkat tajam selama lonjakan kasus Covid19. (haryadi nuryadin/bercahayanews.com)

CILACAP – Oksigen menjadi penopang hidup bagi semua manusia dalam berbagai kondisi. Baik sehat maupun sakit. Apalagi dalam kondisi terpapar akibat terkena Covid19. Pasokan oksigen bisa memberikan pertolongan karena virus yang ditemukan pada 2019 lalu, mengganggu kinerja paru-paru.

Organ inilah yang berfungsi menjadi “mesin utama” mengatur oksigen ke seluruh tubuh. Karena terganggu, maka tim medis akan memberikan pertolongan dengan menyalurkan oksigen melalui hidung.

Oksigen ini ternyata tidak mudah dibuat dan harus diproduksi oleh pabrik khusus. Baru kemudian dikemas dengan menggunakan tabung. Atau dicairkan (liquid) untuk kemudian didistribusikan ke berbagai rumah sakit.

Bagi rumah sakit, pasokan oksigen dari pabrikan ini sangat dinantikan. Apalagi saat terjadi lonjakan kasus Covid19 sepanjang Juni hingga Juli 2021. Bagi rumah sakit yang tidak memiliki liquid centre, maka akan kelimpungan karena harus mendapatkan tabung dari pabrikan. Di saat bersamaan, permintaan oksigen otomatis naik karena lonjakan kasus dan pasien terpapar Covid19.

Hingga banyak rumah sakit kemudian berlomba untuk membangun fasilitas liquid centre agar mengurangi ketergantungan terhadap pasokan oksigen yang dikemas dalam tabung. Liquid ini nantinya bisa menghasilkan oksigen lebih banyak setelah melalui beberapa alat khusus.

“Liquid centre ini sangat vital. Sulit rasanya kalau rumah sakit tidak punya. Apalagi pas lonjakan (kasus Covid19), tabung jadi langka,” ujar Kabid Pelayanan RSUD Majenang, dr Nur Cahyo, Jumat (30/7/2021).

Dia merinci, kebutuhan harian oksigen liquid saat lonjakan mencapai 1441 meter3. Liquid centre ini dipasok 2500 meter3. Bisa dipastikan, pasokan ini akan habis sebelum 2 hari. Dalam perhitungannya, liquid ini hanya bertahan 1,5 hari saja.

Sementara kebutuhan oksigen dari tabung besar berukuran 6 meter3 tiap hari mencapai 48 buah. Perlu diketahui, seluruh tabung ini terpasang di oksigen centre dan didistribusikan ke seluruh ruang perawatan. Hanya sejumlah ruang di RSUD Majenang yang belum terhubung dengan oksigen centre. Sebut saja IBS dan ruang HD untuk pasien cuci darah.

Tingginya kebutuhan tabung oksigen, bisa dilihat dari durasi kerja oksigen centre. 4 buah tabung ukuran 6 meter3 akan habis setelah 40 menit. Artinya, 1 tabung oksigen akan kosong setelah 10 menit terpasang.

“4 tabung hanya bertahan 40 menit. Kalau liquid centre hanya 1,5 hari. Maksimal 2 hari. Tapi jarang terjadi,” ujar Cahyo.

Dia menambahkan, keberadaan liqudi centre sangat membantu operasional rumah sakit. Sementara tabung dijadikan cadangan jika pengiriman oksigen liquid mengalami masalah. Atau sembari menunggu kiriman oksigen liquid.

“Tabung ini kita jadikan back up. Tapi tetap saja harus waspada karena kita pernah meminjam ke rumah sakit atau puskesmas. Ini terjadi saat ada kendalam dalam pengiriman liquid dan tabung oksigen,” ujarnya.

Cahyo mengatakan, pasien dengan gangguan pernapasan dipastikan ada pasokan oksigen. Jika kondisi pasien sedang hingga berat, mereka membutuhkan 10 liter oksigen per menit. Namun ada juga pasien yang membutuhkan sampai 15 liter oksigen per menit.

Akhir Juli 2021, jumlah pasien Covid19 di RSUD Majenang mulai mengalami penurunan. Berdasarkan laporan petugas, pada Jumat (30/7/2021) ada 46 pasien. Karena itulah, kebutuhan harian oksigen mulai menurun sampai kisaran 800 sampai 900 meter3.

Tapi jika dibandingkan sebelum ada lonjakan, kebutuhan oksigen ini masih tetap tinggi. Sebelum terjadi lonjakan, kebutuhan oksigen harian mencapai 400 meter3. Sementara liquid oksigen sebanyak 2000 meter3 bisa dipakai 3 hingga 4 hari.

“Itu sebelum lonjakan. Kalau sekarang kebutuhan oksigen antara 800 sampai 900 meter3,” tegasnya. (*)