CILACAP – Sedekah kupat yang selalu ada tiap tahun merupakan tradisi asli warga Kabupaten Cilacap. Lebih tepat lagi, hanya ada di 2 kecamatan yakni Wanareja dan Dayeuhluhur.
Sedekah kupat sendiri merupakan upacara adat bertepatan dengan rabu terakhir bulan Safar. Warga mengenalnya sebagai rabu wekasan. Dalam tradisi ini, warga menggelar doa bersama di tiap tapal desa dan menggantungkan ketupat di gantangan bambu.
Warga yang menjadi peserta upacara membawa ketupat dari rumah masing-masing. Usai prosesi doa bersama, warga langsung menikmati ketupat lengkap dengan lauk pauk yang disiapkan dari rumah. Sisa ketupat lalu dibagikan kepada warga lainnya atau mereka yang kebetulan melintasi lokasi tersebut.
Pemerhati budaya dari Kecamatan Dayeuhluhur, Ceceng Rusmana mengatakan, tradisi ini hanya ada di 2 kecamatan tersebut. Lebih spesifik lagi dia menyebut, hanya beberapa desa di Kecamatan Wanareja yang punya tradisi ini.
“Hanya di sebagian Wanareja. Tapi semua desa di Dayeuhluhur punya tradisi ini,” kata dia.
Ceceng mengatakan, kedua kecamatan berbatasan ini punya ikatan historis, budaya dan tradisi karena pernah ada pertalian di masa lampau. Yakni saat masih ada Kerajaan Dayeuhluhur dan menguasai sejumlah wilayah. Termasuk beberapa desa-desa di Kecamatan Wanareja.
Dia memastikan, tradisi ini tidak ada di Jawa Barat yang sempat menjadi pusat kerajaan sunda di masa dahulu. Demikian juga dengan kecamatan lain di Kabupaten Cilacap yang rata-rata punya tradisi sedekah bumi atau sedekah laut di daerah pesisir selatan.
“Jawa Barat nga punya tradisi ini,” kata dia.
Sekretaris Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Cilacap, Paiman mengatakan hal serupa. Menurutnya tradisi ini hanya ada di Kecamatan Wanareja dan Dayeuhluhur. Hingga menjadi sebuah tradisi yang sangat unik, khas dan asli Cilacap.
“Ini asli Cilacap, utamanya di wilayah bagian barat,” katanya.
Sedekah (*)