News  

Warga Cilacap Simpan Al Quran Kuno

Kamil memperlihat Quran tulis tangan yang berumur 150 tahun. Quran ini merupakan warisan keluarga dan tersimpan di rumah mereka di Desa Pesahangan Kecamatan Cimanggu, Cilacap. (haryadi nuryadin/bercahayanews.com)

CILACAP – Warga Desa Pesahangan Kecamatan Cimanggu, Cilacap simpan Al Quran kuno berumur 150 tahun lebih dan dalam bentuk tulis tangan. Kitab suci ini sekarang tersimpan di ruang khusus di rumah keluarga tersebut. Quran tersebut warisan turun temurun dari kakek moyang keluarga itu.

Kamil Bin Sanraji, salah satu anggota keluarga penyimpan Quran kuno ini mengatakan, ada angka tahun hijriyah di bagian akhir mushaf tersebut.

“Ada kalimat yang menyebutkan akhir dari penulisan Quran ini. Yakni 1294 hijriyah atau sekitar 1873-an masehi,” ujar Kamil.

Dia menjelaskan, Quran tersebut selama ini tersimpan di Masjid Al Hikmah Desa Pesahangan Kecamatan Cimanggu, Cilacap. Saat atap masjid ada pemugaran, sekitar 2015 lalu, pengurus masjid berupaya menyelamatkan sejumlah buku yang tersimpan di rak.

“Dari situ kami menemukan ada Quran tulis tangan. Kondisinya sudah banyak termakan ngengat. Lalu kami putuskan untuk merawat agar tidak tambah rusak,” kata dia.

Quran kuno milik warga Desa Pesahangan Kecamatan Cimanggu, Cilacap merupakan tulis tangan. (haryadi nuryadin/bercahayanews.com)

Selain Quran kuno, juga ada juz amma berisi kumpulan surat pendek yang biasanya untuk santri belajar mengaji di tahap awal. Juz amma ini juga dalam bentuk tulis tangan.

Dia mengaku tidak tahu persis siapa yang menulis Quran dan juz amma tersebut. Termasuk sejak kapan benda berusia sekitar 150 tahun ini berada di rak Masjid Al Hikmah.

“Siapa yang nulis, siapa yang bawa ke sini saya belum sampai (menyelidiki) ke sana. Keluarga memutuskan Quran ini harus tersimpan baik karena memang kondisinya sudah rusak,” kata dia.

Di telisik dari angka tahun, maka Quran tulis tangan ini sejaman dengan era perang Pangeran Diponegoro yang terjadi antara 1825 hingga 1830. Selain itu, salah satu sesepuhnya yakni Mbah Nur Sholeh merupakan ajudan Pangeran Diponegoro.

“Di depan masjid dulu ada pohon sawo. Ini salah satu ciri khas keturunan dari pejuang Diponegoro ini selalu menanam sawo di depan masjid atau rumah,” tegasnya. (*)