CILACAP – Potensi atau kemungkinan terjadinya hujan selama musim kemarau, masih tetap akan terjadi. Bahkan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, hujan masih akan turun sampai dengan akhir musim kemarau. Tidak terkecuali selama Agustus 2021 yang sedari awal diperkirakan menjadi puncak musim kemarau.
Potensi adanya hujan selama kemarau, sudah dirasakan warga Kabupaten Cilacap dan wilayah Jawa Tengah bagian selatan sejak awal kemarau. Puncaknya pada awal Juli 2021 lalu, dimana hujan ekstrim turun dan mengakibatkan banjir di Kecamatan Jeruklegi dan Kawunganten.
Hujan ini sempat memutus arus lalu lintas yang menghubungkan Kabupaten Cilacap dengan Banyumas. Demikian juga dengan ruas penghubung antara Kecamatan Kawunganten dan Jeruklegi.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Rendy Kurniawan mengatakan, potensi ini sudah nampak pada awal Agustus.
“Di awal Agustus, sempat turun hujan seharian. Dari malam sampai pagi,” ujarnya, Senin (2/8/2021).
Dia mengatakan, ada 3 hal yang mempengaruhi hal ini. Pertama adalah adanya Indian Ocean Dipole (IOD) yang dalam kondisi negatif dan pada angka -88. Dalam kondisi normal, harusnya pada posisi plus minus 0,4. Jika minus makin tinggi, maka kian tinggi pula penguapan yang terjadi.
Kedua adanya ketidak stabilan di atmosfer akibat munculnya gelombang Rosby Equator. Dari perpaduan kedua faktor ini saja sudah membuat pertumbuhan awan hujan sangat tinggi.
“Ditambah dengan adanya anomlai suhu permukaan laut plus 1 sampai 3 derajat celsius. Ini membuat pertumbuhan awan kian pesat,” katanya.
Pihaknya mencatat saat terjadi banjir Cilacap pada 21 Juli 2021 lalu, intensitas hujan tergolong ekstrim. Semantara pada awal Agustus, hujan masuk kategori sedang.
“Hujan sampai dengan akhir kemarau masuk kategori ringan sampai sedang. Kalau pas banjir kemarin sampai ekstrim karena sangat lebat,” katanya.
Dia menambahkan, kondisi ini sejak awal sudah diperkirakan oleh BMKG yang menyebutkan adanya hujan sepanjang kemarau. Namun demikian, tiba-tiba muncul fenomena Rosby Equator dan membuat potensi hujan kian tinggi. Hingga hal ini banyak disebut kalangan awam sebagai kemarau basah.
“Orang awam bilang ini kemarau basah,” tegasnya. (*)