News  

Kemarau Basah, Warga Masih Kesulitan Air

Petugas BPBD Cilacap mengirimkan air bersih karena masih ada desa yang mengalami kekeringan meski kemarau 2021 tergolong basah. (doc)

CILACAP – Meski hujan kerap mengguyur sebagian wilayah Kabupaten Cilacap, tidak serta merta menghilangkan kesulitan air bersih. Sampai dengan awal Juni 2021, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap mencatat ada 11 desa yang mengalami kekeringan. Lebih dari 3 ribu keluarga harus bergantung pada bantuan air bersih dari BPBD.

Salah satu desa yang sampai Agustus 2021 masih membutuhkan bantuan air bersih adalah Bantar. Desa di Kecamatan Wanareja tersebut masih terus meminta bantuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Sampai saat ini masih warga kami masih mengalami kesulitan air bersih,” ujar Kepala Desa Bantar Kecamatan Wanareja, Cilacap, Zakaria Anshori, Rabu (11/8/2021).

Dia mengatakan, wilayah terdampak kekeringan berada di Dusun Sukawera. Di sana ada 43 keluarga atau 173 jiwa yang selalu menanti kedatangan bantuan air bersih.

Penyebab utama karena pompa air yang ada di dasar dusun rusak sejak akhir musim penghujan lalu. Sampai saat ini, kerusakan tersebut belum diperbaiki. Sementara sumber air, sangat jauh dari perkampungan warga. Sumber air terdekat adalah sungai yang ada di dasar jurang.

Perlu diketahui, Dusun Sukawera berada di perbukitan sisi timur laut Desa Bantar. Kondisi geografis seperti ini membuat warga sulit untuk membuat sumur sebagai penghasil air bersih. Hingga beberapa tahun lalu ada bantuan sumur pompa dari pemerintah.

“Selama sumur pompa belum diperbaiki, warga akan terus mengalami kesulitan air bersih,” katanya.

Permintaan bantuan air bersih dilayangkan Desa Bantar ke BPBD Cilacap pada Juni 2021. Dan pada 30 Juni 2021, BPBD mengirimkan bantuan air bersih bagi warga setempat. Hal ini diteruskan sampai Agustus.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, hujan masih akan turun sampai dengan akhir musim kemarau. Tidak terkecuali selama Agustus 2021 yang sedari awal diperkirakan menjadi puncak musim kemarau.

Potensi adanya hujan selama kemarau, sudah dirasakan warga Kabupaten Cilacap dan wilayah Jawa Tengah bagian selatan sejak awal kemarau. Puncaknya pada awal Juli 2021 lalu, dimana hujan ekstrim turun dan mengakibatkan banjir di Kecamatan Jeruklegi dan Kawunganten.

Hujan ini sempat memutus arus lalu lintas yang menghubungkan Kabupaten Cilacap dengan Banyumas. Demikian juga dengan ruas penghubung antara Kecamatan Kawunganten dan Jeruklegi.

Prakirawan Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Rendy Kurniawan mengatakan, potensi ini sudah nampak pada awal Agustus.

“Di awal Agustus, sempat turun hujan seharian. Dari malam sampai pagi,” tegasnya. (*)