CILACAP – Keinginan pemerintah agar tiap desa memilik produk unggulan, masih belum sepenuhnya bisa teraplikasi di semua wilayah. Dari 269 desa dan kelurahan di Kabupaten Cilacap, baru sebagian kecil yang mulai merintis atau menampakan hasil produk unggulan.
Dan dari sekian desa itu, salah satunya adalah Penyarang yang ada di Kecamatan Sidareja, Cilacap. Warga dan pemerintah desa itu tengah merajut mimpi agar bisa memiliki 1000 kolam budidaya lele Sangkuriang.
Bentuk awal dari cita-cita besar ini sudah terlihat pada Sabtu (30/7/2021). Warga bersama Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Agro Mina Makmur melakukan panen perdana budidaya lele Sangkuriang dan hasilnya sangat luar biasa. Panen perdana ini menghadirkan seluruh anggota kelompok, perangkat desa dan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cilacap, Syaiful Mustangin.
Rintisan ini sudah mulai sejak setahun terakhir dan penggagasnya adalah warga setempat. Semula hanya segelintir orang saja yang mencoba budidaya lele. Lambat laun bertambah banyak hingga akhir Juli 2021, sudah ada 41 orang yang terlibat. Mereka lalu membentuk pokdakan.
Dari 41 orang ini, membagi tugas sesuai dengan kemampuan. 1 orang menjadi pembenih yang mengawinkan indukan. Hasil pembenihan ini lalu digarap 5 orang pendeder yang hasilnya lalu dibudidayakan oleh seluruh anggota.
“Rintisan ini sudah berjalan satu tahun terakhir,” ujar Ketua Pokdakan Agro Mina Makmur Desa Penyarang, Eko Aji Priyono, Sabtu (30/7/2021).
Dia menambahkan, kelompok ini sudah menyusun master plan yang dibimbing oleh sejumlah pegiat gerakan pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Sidareja. Penyusunan master plan ini melibatkan Pendamping Desa dan Pemerintah Desa Penyarang. Target jangka pendek adalah membangun 1000 unit kolam budidaya dan menambah jumlah anggota.
“Sekarang sudah ada 200-an kolam ukuran 2 X 4 dengan tinggi 90 senti sampai 1 meter. Semua milik anggota,” katanya.
Menurutnya, target ini diharapkan sudah bisa direalisasikan pada akhir 2021. Hingga pada 2022 nanti, tinggal melanjutkan program pengembangan. Seperti menyiapkan kelompok untuk memanfaatkan produksi lele, pemasaran hingga mempersiapkan desa ini sebagai sentra penghasil lele.
“Jangka panjang, kita ingin menjadi sentra budidaya dan edukasi lele Sangkuriang di Jawa Tengah,” kata dia.
Dia menjelaskan, budidaya lele Sangkuriang ini sangat menjanjikan. Dengan kolam ukuran kecil itu, mampu menghasilkan 1000 ekor lele ukuran konsumsi dengan jangka waktu 55 sampai 60 hari. Biaya produksi adalah pengadaan benih dan pakan. Jika kolam berisi 1000 ekor dengan bobot 1 kwintal, maka petani bisa meraup Rp 800 ribu hingga 1 juta.
“Bisa dapat 1 juta dengan asumsi harga lele per kilo antara Rp 18 ribu sampai Rp 20 ribu,” katanya.
Dalam master plan ini, kelompok juga ingin mengembangkan wisata berbasis lele atau mina wisata. Agenda ini menjadi semacam program pamungkas. Kelompok akan memulainya saat semuanya sudah tertata. Mulai dari jumlah kolam, anggota sampai ketersediaan indukan yang mampu menyuplai benih untuk semua anggota. Demikian juga dengan sistim pendukung lainnya.
Dalam mina wisata ini, paket yang ditawarkan nantinya adalah pelatihan budidaya lele Sangkuriang bagi warga setempat dan juga luar daerah. Selain itu juga ada paket wisata kuliner berbasis ikan lele, kolam pemancingan dan sejumlah atraksi menarik lainnya.
“Dengan wisata edukasi ini, proses budidaya dan hasil panen bisa sama dan terstandar. Kualitas dan kuantitas juga terjaga,” tegasnya.
Kepala Desa Penyarang Kecamatan Sidareja, Cilacap, Rasimin mengakui, pemerintah desa sudah menyiapkan agenda yang mendukung rencana pokdakan. Salah satunya memasukan program pemberdayaan masyarakat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) meski masih bersifat sangat umum.
Namun tahun depan, sudah ada agenda pelatihan pembuatan abon lele bagi warga setempat. Harapannya pada APBDes perubahan 2021, akan ada anggaran untuk kelompok ini.
“Kita sangat mendukung dan mengikuti program Pokdakan. Nantinya usulan dari pokdakan akan masuk ke Musrenbangdes agar bisa terwujud tahun berikutnya,” katanya.
Tidak menutup kemungkinan, pemerintah desa akan melibatkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk bekerja sama dengan Pokdakan. Hal ini bisa dalam bentuk menampung produksi kelompok binaan atau kegiatan lainnya dan saling menguntungkan. Dengan demikian akan membawa dampak luas bagi masyarakat dan pemerintah desa setempat.
“Nantinya akan kembali ke warga dan desa punya PADes (Pendapatan Asli Desa). Ini sah dan boleh karena semua bentuk usaha desa kan lewat BUMDes,” katanya.
Program yang menarik desa, katanya adalah rencana membangun mina wisata. Program ini diharapkan mampu memberikan percepatan pengambangan ekonomi pedesaan karena kedatangan warga luar untuk belajar atau melihat budidaya lele Sangkuriang.
“Ini akan mengangkat potensi dan nama desa. Tidak hanya budidaya lele saja, sangat mungkin potensi lain bisa terangkat,” tegasnya.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cilacap, Syaiful Mustangin mengatakan, kegiatan ekonomi produktif ini sudah seharusnya masuk dalam program kerja pemerintah. Terutama dalam hal pemulihan ekonomi pasca pandemi. Apalagi dengan adanya program untuk melatih warga memanfaatkan produksi lele yang akan diolah menjadi abon dan nugget.
“Karena dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi, salah satunya mendorong usaha mikro menjadi usaha kecil. Dukungan pemerintah bisa dalam bentuk, seperti mempermudah perijinan dan lainnya. Termasuk mendukung program kelompok agar bisa lebih berkembang,” tegasnya. (*)