CILACAP – Mustasyar PBNU, Prof Dr KH Said Aqil Siradj MA minta mahasiswa STMIK Komputama untuk merebut dan menguasai science. Tepatnya ilmu pasti seperti para peneliti Islam di masa lampau. Permintaan ini dia sampaikan saat Stadium General di STMIK Komputama, Rabu (13/9/2023).
Lebih khusus lagi bagi mahasiswa STMIK Komputama yang banyak belajar ilmu IT. Mereka kini menjadi harapan agar masyarakat bisa terbebas dari belenggu fitnah dari media sosial dan internet.
“Mahasiswa harus lebih kuat dari yang tua. Pinter itu wajib. Kalo bodoh ya dosa,” katanya membuka materi.
Terlebih saat era digita seperti sekarang. Mahasiswa dan juga masyarakat terbelenggu dengan informasi di media massa dan internet.
Internet, menurutnya ada 2 sisi yang harus dipahami. Satu sisi membawa manfaat besar bagi masyarakat. Google atau youtube mampu menyimpan bnyk ilmu pengetahuan. Termasuk karya-karya pemikir besar islam. Bahkan keberadaan mesin pencari di internet ini sudah menggantikan perpustakaan tradisional dengan koleksi ribuan buku.
“Tapi, madhorotnya juga banyak. Ada iklan obat kuat dengan gambar seronok. Sampai penyebaran paham radikalisme,” katanya.
Said Aqil Siradj juga meminta mahasiswa tetap rendah hati seperti para ilmuan islam masa lampau. Sebut saja Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi yang menemukan ilmu aljabar atau matematika. Ilmu ini menjadi dasar dari kalkulus yang tetap dipakai hingga era digital.
Lalu penemu ilmu tentang optik yakni Ibnu Haitham. Ataupun peletak dasar-dasar kedokteran yakni Ibnu Sina.
Dan dari seluruh ilmuwan islam tersebut, meletakan iman sebagai pondasi utama. Karena itu, tidak satupun dari mereka yang menciptakan ilmu atau alat penghancur massal. Seperti senjata api, senjata mesin hingga bom nuklir.
“Pemikir islam hasilkan ilmu yang bermanfaat karena berangkat dari hati. Tidak menciptakan ilmu yang menghancurkan umat manusia seperti senjata api, senjata mesin dan terbaru sekarang bom nuklir,” terangnya.
Dalam kesempatan itu, Said Aqil Siradj menandatangani prasasti pembangunan pondok pesantren di bawah Yayasan Nur Jalin dan El Bayan. (*)