CILACAP – BMKG meminta seluruh pihak untuk mewaspadai terhadap kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem saat pancaroba. Musim pancaroba ini merupakan masa peralihan dari musim kemarau ke penghujan.
Perubahan cuaca yang sangat drastis dan ekstrem, menjadi ciri khas saat musim pancaroba. Tidak jarang hujan terjadi sangat deras namun kerap bersifat lokal. Hujan pada musim pancaroba ini kerap ada ikutan berupa angin kencang maupun sambaran petir.
Situs bmkg.go.id menyebutkan, arah angin saat pancaroba kerap kali berubah. Hal ini membuat suhu juga kerap berubah drastis dari panas menjadi hujan. Demikian pula sebaliknya.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyebut, cuaca ekstrem saat pancaroba bisa berupa hujan deras dan sambaran petir, angin kencang serta hujan es.
“Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama musim peralihan. Mulai dari hujan lebat disertai petir dan angin kencang serta hujan es,” ungkap Dwikorita Karnawati.
Dia menambahkan, awan Cumulonimbus (CB) biasanya tumbuh pada pagi menjelang siang. Cirinya yakni seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas. Namun, menjelang sore hari, awan ini akan berubah menjadi gelap yang kemudian dapat menyebabkan hujan, petir dan angin.
“Curah hujan dapat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor,” katanya.
“Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan yang rawan longsor, kami mengimbau untuk waspada dan berhati-hati,” tuturnya.
BMKG memprediksi awal musim hujan 2023/2024 umumnya akan terjadi pada bulan Oktober – Desember 2023 yaitu sebanyak 477 Zona Musim (ZOM) atau 68,2 persen. Sementara puncak musim penghujan umumnya diprakirakan pada bulan Januari – Februari 2024, yaitu sebanyak 385 ZOM (55,1%). (*)